Monday 30 January 2012

A whisper of my heart


Jam pada telepon selularku menunjukkan pukul 11:13pm. Semua sahabatku telah berlayar ke negeri impian mereka. Suhu di dalam kamar kami cukup hangat. Dan mereka terlihat sangat menikmati pelayaran itu. Hanya aku yang tidak dapat tidur. Aku belum dapat menerima kenyataan yang terjadi pada diriku bahwa kekasihku pergi bersama orang lain. Rasa sakit dihatiku masih terus menyiksaku. Meski demikian, jauh di dalam hatiku aku tidak membencinya! Karena aku yakin dan percaya bahwa dia bukan orang yang dipilih oleh TUHAN untuk menemaniku sepanjang umurku nanti. Aku hanya ingin dapat segera melupakannya agar tidak ada lagi beban dihatiku.

Untuk dua hari aku telah berusaha agar cepat melupakannya, namun hal itu sangat sulit aku lakukan. Aku telah mencoba untuk tidur, namun semua kenangan yang kami lalui bersama terlintas di pikiranku dan membuat air mata mengucur dari kedua mataku. Lalu aku teringat sebuah ayat dari Alkitab yang terdapat di dalam Yehezkiel 36:26 (“Kamu akan Kuberikan hati yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan kuberikan kepadamu hati yang taat”). Ayat ini mengingatkanku bahwa secara manusia aku tidak dapat melupakannya karena jauh di dalam hatiku, aku masih mencintai dan menyayanginya. Aku membutuhkan sebuah hati yang baru dan yang taat kepada TUHAN, agar aku dapat melanjutkan hidupku dengan tenang dan damai tanpa dibayangi oleh rasa benci dan dendam.

Kemudian aku memutuskan untuk membuka Alkitab dan membacanya di dalam kegelapan dengan menggunakan cahaya dari telepon selularku. Malam itu saya membuka kitab Roma pasal 6, saya teringat pada suatu pelajaran dari salah seorang guru spiritual kami. Beliau pernah mengajarkan kita bahwa untuk setiap saat dimana kita berhadapan dengan cobaan, kita harus memperhitungkan diri mati terhadap dosa, sehingga iblis tidak dapat mengganggu kita lagi. Lalu saya berkata pada diri saya sendiri, mengapa saya tidak memperhitungkan diri saya mati saja dengan masalah ini? Karena orang mati pasti tidak dapat merasakan kesedihan, sebab kita tahu bahwa kesedihan yang berlarut-larut adalah salah satu senjata yang kadang dipakai oleh iblis untuk menjatuhkan anak-anak TUHAN. Apa jadinya kalau saya sudah mati terhadap kesedihan itu? Dapatkah Iblis mengganggu orang yang sudah mati?

Lalu aku mencoba untuk merenungkan ayat yang mendukung konsep itu yakni yang terdapat di dalam Roma 6:11 (“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya; bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”). Ketika saya merenungkan ayat tersebut, saya mendengarkan satu bisikkan yang lembut dari dalam hati saya, kata-Nya: “Hai anak-Ku, janganlah larut dalam kesedihanmu, bukankah Aku sanggup untuk mengubah hidupmu? Undanglah Aku untuk datang dan tinggal di dalam hatimu dan Aku akan bersinar melalui hidupmu. Engkau akan mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan lagi di dalam hatimu. Manusia lama dalam kehidupanmu telah mati dengan semua kehidupannya yang sia-sia. Ketahuilah bahwa Aku mengasihimu dan Aku akan membangkitkanmu dalam kehidupan yang lain, yang baru dan yang abadi”.

Kemudian tanpa kusadari air mataku menetes lagi dari kedua mataku. Aku memutuskan untuk berdoa kepada TUHAN YESUS saat itu juga. Aku berkata: “Ya TUHAN YESUS, ampunilah semua dosaku. Aku telah bersalah kepada-Mu dengan terus menyiksa diriku dalam kesedihan ini. Mampukanlah aku untuk dapat mengampuni dia yang pernah sangat menyakiti hatiku. Biarkanlah manusia lamaku serta kenangan bersama dia mati dan dikuburkan dalam kegelapan di malam ini. Dan aku ingin ada sukacita di dalam hatiku ketika aku terbangun besok pagi, agar aku dapat membagikan cinta-Mu kepada sesamaku lagi. Dalam nama TUHAN YESUS aku memohon.....Amin!”.

Setelah selesai mengucapkan doa itu, tiba-tiba aku merasakan rasa kantuk yang luar biasa dan dengan segera aku membaringkan diri lalu tertidur. Dalam tidurku, aku bermimpi dan dalam mimpiku aku melihat diriku sedang berbaring sembari melihat keluar jendela kamar kami di asrama yang memang hampir tidak pernah kami tutup tirai gordennya untuk menjaga keseimbangan udara di dalam kamar agar tetap sejuk di malam hari. Di luar jendela kamar itu terdapat sebuah jemuran untuk menjemur pakaian apabila hari sedang hujan. Di depan jemuran tersebut terdapat sebuah halaman rumput dengan dua tiang besi yang biasa kami gunakan untuk bermain bola voli setiap hari Selasa dan Kamis. Tiba-tiba aku melihat seorang berpakaian putih datang menghampiriku melalui halaman rumput itu, Ia masuk menembus jendela dan dinding kamar kami dan terus masuk hingga berhenti tepat di depanku. Aku tidak dapat bergerak dari tempat tidurku, hanya tertegun melihat-Nya. Kemudian dengan tangan-Nya yang lembut Dia menyentuhku tepat di kepalaku dan mengusap kepalaku layaknya seorang anak diperlakukan oleh ayahnya. Dan segera setelah itu, dengan perlahan-lahan dia pergi dengan tersenyum lalu menghilang.
Aku terbangun di pagi hari dengan suatu perasaan yang baru di dalam hatiku dan semua teman-temanku heran melihatku. Mereka heran mengapa dengan masalah yang begitu berat yang aku hadapi dapat berlalu hanya dengan waktu yang sangat singkat. Kini aku bisa tersenyum dan dapat membagikan cinta TUHAN YESUS melalui hidupku.

Hanya TUHAN YESUS saja yang sanggup merubah kehidupan seseorang. Sentuhan tangan-Nya yang lembut sanggup membersihkan hati dan kehidupan kita yang begitu kasar. Terima kasih TUHAN YESUS. Aku mencintai-Mu!

By Mund Rumsaur