Tuesday 14 February 2012

Sebuah Ujian Kasih


Sebuah Ujian Kasih

Suatu ketika ada seorang pria yang sangat mengasihi kekasihnya…….

Lalu dia memutuskan untuk memberikan sebuah ujian kepada si gadis, kekasihnya itu.

Dia menelepon kekasihnya dan mengatakan bahwa jika gadis itu bersedia untuk hidup sehari saja tanpa dirinya, maka dia akan mencintai gadis itu untuk selamanya.

Si gadis menerima tantangan itu dan tidak bertemu dengan sang pria ataupun menghubunginya.

Hari itupun berlalu tanpa pertemuan ataupun komunikasi di antara mereka.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar si gadis mendatangi rumah sang kekasih dengan wajah yang berseri-seri.......
.
Namun kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi seseorang yang penuh dengan sejuta pertanyaan di dalam hatinya, dia semakin penasaran karena di pagi hari itu banyak orang telah berkumpul di rumah sang kekasih.

Ketika dia melangkah memasuki pintu rumah sang kekasih, dia sangat tersentak karena belahan jiwanya itu telah terbujur kaku di dalam sebuah peti mati yang sangat indah.

Dia menemukan sebuah catatan yang tergenggam ditangan kekasihnya itu, sang kekasih sengaja menggenggam catatan tersebut sesaat sebelum dia menghembuskan nafasnya yang terakhir, dia berpesan kepada ibunya untuk tetap membiarkan catatan itu dalam genggamannya hingga kekasihnya datang.

Sang kekasih yang telah berlinangan air mata ini mengambil catatan tersebut dari genggamannya dan membacanya, di dalam catatan tersebut sang kekasih yang telah terbujur kaku itu menulis:

“Engkau telah mencobanya sayang dan engkau lulus, lakukanlah hal itu setiap hari untuk mengenang aku. Aku mencintaimu.”

Luangkanlah waktu yang cukup untuk seseorang yang kita sayangi dan kasihi, karena ketika mereka pergi, maka semuanya telah terlambat……jangan pernah mengatakan kita mencintai atau mengasihi mereka jika kita tidak memiliki waktu yang cukup bersama mereka.

Berbaik-baiklah dengan orang-orang yang kita sayangi, bukankah kita ingin mereka pun menyayangi kita dengan kebaikan hati mereka?


By Mund Galatiano

Monday 13 February 2012

Berjalan Dengan Keong


BERJALAN DENGAN KEONG

by Timmy Taime


Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan.
Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.
Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga!"

Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.
Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.
Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap. Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang. Pelankan langkah, tenangkan hati....

Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga.
Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut.
Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.
Aku lihat langit penuh bintang cemerlang.
Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini?
Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!

Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.
"He's here and with me for a reason"
Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi,
Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.
Saat bertemu penolongmu,
Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih.
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau benci,
Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh/ kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu,Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai,
Berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup,
Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.







Surat Valentin Untuk Mama


Surat Valentin Untuk Mama


Kadang-kadang sa rasa sunyi sekali, sa coba untuk bagikan kesunyian itu dengan sa pu teman-teman, tapi tetap saja sa rasa sunyi. Orang-orang dong bilang masalah itu seperti beban, kalo tong pikul sendiri pasti tong rasa berat skali, tapi kalo tong bagikan pasti akan lebih ringan.

Waktu terus berlalu dan banyak cerita juga yang sa baku bagi dengan sa pu teman-teman, ada cerita sedih yang kadang bikin tong terharu dan menangis, ada juga cerita lucu yang susah untuk tong lupakan, tapi tetap saja, jauh di dalam sa pu hati ni, sa pu rasa sunyi itu tetap ada.

Sa coba untuk jadi orang baik, dan selalu sa coba di setiap detik yang sa miliki di dunia ini, sa tra harap orang-orang dong balas sa punya kebaikan, sa hanya ingin dong sadar bahwa ditengah kesukaran ini masih ada orang-orang yang baik.

Sering skali orang buat sa sakit hati, marah, sedih dan kecewa, tapi trada yang bisa buat sa lupa semua kebaikan yang sa pernah rasa, jadi sa putuskan untuk balas dong dengan kebaikan hati yang tulus. Sa pernah punya satu orang, orang yang sayang sa tanpa syarat, orang yang bisa buat sa rasa sangat berarti dalam de pu hidup tapi sayang Tuhan panggil de supaya sa hanya tinggal sendiri deng Tuhan saja.

Sekarang hari valentine ma, semua orang dong ada sama-sama dengan orang-orang yang dong sayang, sa juga ingin sama-sama deng mama, sa mau ada sama-sama mama, sa mau mama tau kalo mama tuh sangat berarti untuk sa dalam sa punya hidup, sa mau ucapkan terima kasih untuk setiap detakan jantung yang sama, yang ketong dua punya waktu sa ada di dalam mama punya perut, sa ingin datang dan peluk mama lagi, tapi sayang sa tra punya kesempatan itu lagi.

Sekarang mama su tidur, mama tidur nyenyak skali, sa tra tahu bagaimana sa bisa kas bangun mama lagi. Kalo memang satu-satunya cara untuk bisa ketemu mama tuh hanya di dalam mimpi, biar sudah......sa mimpi selama-lamanya supaya sa bisa sama-sama deng mama lagi.

Air kali tu masih mengalir ma, tempat tong biasa cuci pakaian kotor. Biasa sa mandi-mandi disana, mama ada cuci pakean. Kadang-kadang ma suruh sa duduk dan sa ingat kalo ma suruh sa duduk, sa pasti akan duduk dan diam, waktu ma main voly juga, ma pasti bilang sa duduk dan sa pasti akan duduk lihat mama kam main voly sampe selesai. Sa tra pernah melawan mama. Sekarang mama tra perlu bilang sa duduk lagi, karena sa berdiri ka! duduk ka! Mama tetap tra bisa bilang apa-apa lagi ke sa.

Sa tra bisa lihat ma lagi dan ma tra bisa lihat sa lagi, tapi sa senang kalo sa lihat danau ma, di pinggir danau itu tempat pertama yang ma lihat waktu mama lahir, di pinggir danau itu juga tempat terakhir mama tutup mama punya mata, waktu sa lihat danau itu sa lihat mama ada di sana.

Sebentar lagi sa akan pergi, sa mau pergi untuk pilih jalan terbaik dalam sa punya hidup, dan akan ada banyak jalan skali dalam sa pu sisa hidup di dunia ini, tapi sa janji ma! Sa akan terus jadi anak baik dan sa akan rindu mama di semua jalan kehidupan yang akan sa lalui.

Ma! Mama tunggu sa eh? Salam untuk sa pu teman-teman yang su duluan sampe di sana.  Bilang dorang, tolong jemput sa nanti waktu sa sampe di depan pintu gerbang emas di kota itu, tolong bilang sama Tuhan Yesus juga sa mau De juga ada dalam ketong punya foto keluarga nanti di sana. Sampai nanti ma, sa sayang mama……


By Mund Galatiano

Sunday 5 February 2012

Berteman Semilir Angin


Berteman Semilir Angin

Di suatu siang yang sunyi, Tuhan memberiku kesempatan untuk menyaksikan keindahan pemandangan dari sebuah bukit dan Ia memberiku teman, yakni hembusan angin barat yang bertiup perlahan. Aku tak dapat melihatnya, tak dapat menyentuhnya, tak dapat berbicara padanya, apalagi memeluknya. Dia tetap berhembus. Aku mencoba bertanya kepadanya apakah engkau dapat mendengarku? Ia hanya diam dan tetap berhembus, aku mencoba memegangnya tetapi tetap saja ia berlalu dari sela-sela jemariku. Kutertunduk tak berdaya.

Lalu aku bertanya kepada Tuhan, apakah tidak ada teman lain yang dapat membuatku lebih bahagia? Tak ada jawaban yang kudengar hanya suara dedaunan dari pepohonan yang berbisik karena tertiup angin. Aku semakin penasaran kenapa Tuhan memberikan kesempatan ini untuk diriku? Aku hanya memerlukan seorang teman yang dapat menerimaku, memahamiku, mendengarkanku dan memelukku tetapi mengapa Tuhan malah memberikan kepadaku semilir angin.

Aku kembali tertunduk tanpa menghiraukan pemandangan yang begitu indah di depanku. Biarkan saja angin itu bertiup, ia tak dapat mendengarku, memahamiku apalagi mempedulikan aku.

Tiba-tiba!!! Ada kicauan burung, aku mengangkat kepalaku dan memandang mereka, namun mereka hanya melompat dari satu ranting ke ranting lainnya. Juga mereka tak peduli padaku. Aku tetap saja sendiri merenung dan kembali tertunduk.

Matahari tetap bersinar dan angin itu tetap berhembus, namun aku tetap sendiri.

Lalu aku mencoba untuk memahami makna dari kesempatan yang Tuhan berikan padaku.

Beribu-ribu matahari terbenam di saat senja, sebanyak itu juga kita hampir tidak pernah bersyukur.

Hijaunya dedaunan pepohonan serta bisikan suaranya yang tertiup angin tak pernah membuat kita mengingat berkat Tuhan yang terus nyata dalam hidup ini.

Dan kesejukan dari semilir angin yang seringkali menerpa kita, kita lupakan bersama semua kesibukan kita.

Bersyukurlah kawan….selagi kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati semua ciptaan-Nya.

Angin yang berhembus adalah kawan yang sejati,

kita tak dapat melihatnya, memegangnya, mendengarnya bahkan memeluknya,

namun kita dapat merasakannya. Ya! Kita dapat merasakannya.

Dia ada disana dan terus berhembus sepanjang hidup ini.

Demikianlah kasih Tuhan!

Tak dapat disentuh, didengar atau dipeluk namun kasih-Nya nyata bila kita rasakan.


By Mund Galatiano Rumsaur