Thursday 5 April 2012

Terhempas Angin Jerusalem


Angin meniupkan debu di depan gerbang Jerusalem terhempas ke tubuh-Nya
Duri mawar yang indah itu terajut dan menusuk kepala-Nya
Kayu gantungan yang kasar dan berat
Luka-luka bekas cambukan itu tentu menyakitkan!
Dan kita hanya terdiam di sana memandang semuanya
Orang itu namanya Simon…..dia berasal dari Kirene…..
Mari lanjutkan perjalanan kita TUHAN! Perjalanan ini hampir selesai
Engkau malah menasihati kami TUHAN,
Bahwa kita tak boleh membenci mereka yang menginginkan kematian-Mu
Wajar kan jika kita membenci mereka yang menyakiti kita?
Kau malah berdoa bagi mereka
Dengan sedikit ketakutan kami melangkahkan kaki mendekati salib itu
Kami merasakan desahan nafas terakhir
sebelum Engkau menghembuskannya untuk terakhir kali
Langit mulai gelap, angin makin kencang
Lalu kami bertanya, entah kapan, di mana dan bagaimana
Engkau memutuskan untuk menjalani ini semua
Engkau mengatakan kepada kami hanya sebuah kata “KASIH”
Namun kami tetap tak mengerti
Lalu Engkau memberikan contoh melalui hidup-Mu, pengorbanan-Mu
Hingga kami mengerti apa itu KASIH
Dan di akhir semuanya Engkau menambahkan bahwa “KASIH YANG SEJATI adalah…
Kasih seorang sahabat yang rela memberikan nyawa-Nya bagi sahabat-sahabatNya.”
Terima kasih TUHAN YESUS…..karena melalui kematian-Mu
Dosa kami pun terhempas bersama angin Jerusalem......


Thursday 29 March 2012

Ke Semua Jalan Dihidupku

Kumelangkahkan kakiku melewati jalan-jalan di dalam hidupku
Terkadang kumerasakan sakit dari kerikil tajam dan semak duri
Terkadang kurasakan lembutnya padang pasir yang hangat di tengah malam langit berbintang
Pagi hari yang sunyi, sore hari yang hening dan malam-malam yang sepi
Ku menatap perginya angin yang melewatiku tanpa permisi
Kuberjalan ditengah derasnya hujan takdir
Kunikmati setiap detik dari panasnya kehidupan ini
Ke gurun penolakan ku pergi, ke padang belantara pengkhianatan kumemimpin hatiku
Kurasakan manisnya pemandangan dari puncak persahabatan
Membaringkan diriku dalam lembutnya padang rumput persaudaraan
Ke gunung-gunung kesukaran kudaki
Ke lembah-lembah kesedihan kuturuni
Jalan-jalan setapak kesengsaraan yang tak akan terlupakan
Ah…..TUHAN! Engkaulah yang menunjukkan kepadaku jalan ini
Kutaruh harapanku dan dalam anugerah-Mu kupertaruhkan keyakinanku
Seperti berjalan di saat subuh menjelang terbitnya matahari
Demikianlah jalan-jalan di dalam hidupku yang Kau tunjukkan
Semakin jauh berjalan bersama-Mu semakin terang semua yang ada di sekelilingku
Terima kasih ya TUHAN-ku! Jika kasih-Mu seperti samudera,
Biarkan aku tenggelam dan hilang di dalamnya........
agar hatiku ini dapat tenteram dan damai bersama-Mu!

By Mund Galatiano Rumsaur


Tuesday 14 February 2012

Sebuah Ujian Kasih


Sebuah Ujian Kasih

Suatu ketika ada seorang pria yang sangat mengasihi kekasihnya…….

Lalu dia memutuskan untuk memberikan sebuah ujian kepada si gadis, kekasihnya itu.

Dia menelepon kekasihnya dan mengatakan bahwa jika gadis itu bersedia untuk hidup sehari saja tanpa dirinya, maka dia akan mencintai gadis itu untuk selamanya.

Si gadis menerima tantangan itu dan tidak bertemu dengan sang pria ataupun menghubunginya.

Hari itupun berlalu tanpa pertemuan ataupun komunikasi di antara mereka.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar si gadis mendatangi rumah sang kekasih dengan wajah yang berseri-seri.......
.
Namun kemudian ekspresi wajahnya berubah menjadi seseorang yang penuh dengan sejuta pertanyaan di dalam hatinya, dia semakin penasaran karena di pagi hari itu banyak orang telah berkumpul di rumah sang kekasih.

Ketika dia melangkah memasuki pintu rumah sang kekasih, dia sangat tersentak karena belahan jiwanya itu telah terbujur kaku di dalam sebuah peti mati yang sangat indah.

Dia menemukan sebuah catatan yang tergenggam ditangan kekasihnya itu, sang kekasih sengaja menggenggam catatan tersebut sesaat sebelum dia menghembuskan nafasnya yang terakhir, dia berpesan kepada ibunya untuk tetap membiarkan catatan itu dalam genggamannya hingga kekasihnya datang.

Sang kekasih yang telah berlinangan air mata ini mengambil catatan tersebut dari genggamannya dan membacanya, di dalam catatan tersebut sang kekasih yang telah terbujur kaku itu menulis:

“Engkau telah mencobanya sayang dan engkau lulus, lakukanlah hal itu setiap hari untuk mengenang aku. Aku mencintaimu.”

Luangkanlah waktu yang cukup untuk seseorang yang kita sayangi dan kasihi, karena ketika mereka pergi, maka semuanya telah terlambat……jangan pernah mengatakan kita mencintai atau mengasihi mereka jika kita tidak memiliki waktu yang cukup bersama mereka.

Berbaik-baiklah dengan orang-orang yang kita sayangi, bukankah kita ingin mereka pun menyayangi kita dengan kebaikan hati mereka?


By Mund Galatiano

Monday 13 February 2012

Berjalan Dengan Keong


BERJALAN DENGAN KEONG

by Timmy Taime


Tuhan memberiku sebuah tugas, yaitu membawa keong jalan-jalan.
Aku tak dapat jalan terlalu cepat, keong sudah berusaha keras merangkak. Setiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.
Aku mendesak, menghardik, memarahinya, Keong memandangku dengan pandangan meminta-maaf, serasa berkata : "aku sudah berusaha dengan segenap tenaga!"

Aku menariknya, menyeret, bahkan menendangnya, keong terluka. Ia mengucurkan keringat, nafas tersengal-sengal, merangkak ke depan.
Sungguh aneh, mengapa Tuhan memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.
Ya Tuhan! Mengapa? Langit sunyi-senyap. Biarkan saja keong merangkak didepan, aku kesal dibelakang. Pelankan langkah, tenangkan hati....

Oh? Tiba-tiba tercium aroma bunga, ternyata ini adalah sebuah taman bunga.
Aku rasakan hembusan sepoi angin, ternyata angin malam demikian lembut.
Ada lagi! Aku dengar suara kicau burung, suara dengung cacing.
Aku lihat langit penuh bintang cemerlang.
Oh? Mengapa dulu tidak rasakan semua ini?
Barulah aku teringat, Mungkin aku telah salah menduga!

Ternyata Tuhan meminta keong menuntunku jalan-jalan sehingga aku dapat mamahami dan merasakan keindahan taman ini yang tak pernah kualami kalo aku berjalan sendiri dengan cepatnya.
"He's here and with me for a reason"
Saat bertemu dengan orang yang benar-benar engkau kasihi,
Haruslah berusaha memperoleh kesempatan untuk bersamanya seumur hidupmu.
Karena ketika dia telah pergi, segalanya telah terlambat.

Saat bertemu teman yang dapat dipercaya, rukunlah bersamanya.
Karena seumur hidup manusia, teman sejati tak mudah ditemukan.
Saat bertemu penolongmu,
Ingat untuk bersyukur padanya.
Karena ialah yang mengubah hidupmu

Saat bertemu orang yang pernah kau cintai,
Ingatlah dengan tersenyum untuk berterima-kasih.
Karena ia lah orang yang membuatmu lebih mengerti tentang kasih.

Saat bertemu orang yang pernah kau benci,
Sapalah dengan tersenyum.
Karena ia membuatmu semakin teguh/ kuat.

Saat bertemu orang yang pernah mengkhianatimu,Baik-baiklah berbincanglah dengannya.
Karena jika bukan karena dia, hari ini engkau tak memahami dunia ini.

Saat bertemu orang yang pernah diam-diam kau cintai,
Berkatilah dia.
Karena saat kau mencintainya, bukankah berharap ia bahagia?

Saat bertemu orang yang tergesa-gesa meninggalkanmu,
Berterima-kasihlah bahwa ia pernah ada dalam hidupmu.
Karena ia adalah bagian dari nostalgiamu

Saat bertemu orang yang pernah salah-paham padamu,
Gunakan saat tersebut untuk menjelaskannaya.
Karena engkau mungkin hanya punya satu kesempatan itu saja untuk menjelaskan

Saat bertemu orang yang saat ini menemanimu seumur hidup,
Berterima-kasihlah sepenuhnya bahwa ia mencintaimu.
Karena saat ini kalian mendapatkan kebahagiaan dan cinta sejati.







Surat Valentin Untuk Mama


Surat Valentin Untuk Mama


Kadang-kadang sa rasa sunyi sekali, sa coba untuk bagikan kesunyian itu dengan sa pu teman-teman, tapi tetap saja sa rasa sunyi. Orang-orang dong bilang masalah itu seperti beban, kalo tong pikul sendiri pasti tong rasa berat skali, tapi kalo tong bagikan pasti akan lebih ringan.

Waktu terus berlalu dan banyak cerita juga yang sa baku bagi dengan sa pu teman-teman, ada cerita sedih yang kadang bikin tong terharu dan menangis, ada juga cerita lucu yang susah untuk tong lupakan, tapi tetap saja, jauh di dalam sa pu hati ni, sa pu rasa sunyi itu tetap ada.

Sa coba untuk jadi orang baik, dan selalu sa coba di setiap detik yang sa miliki di dunia ini, sa tra harap orang-orang dong balas sa punya kebaikan, sa hanya ingin dong sadar bahwa ditengah kesukaran ini masih ada orang-orang yang baik.

Sering skali orang buat sa sakit hati, marah, sedih dan kecewa, tapi trada yang bisa buat sa lupa semua kebaikan yang sa pernah rasa, jadi sa putuskan untuk balas dong dengan kebaikan hati yang tulus. Sa pernah punya satu orang, orang yang sayang sa tanpa syarat, orang yang bisa buat sa rasa sangat berarti dalam de pu hidup tapi sayang Tuhan panggil de supaya sa hanya tinggal sendiri deng Tuhan saja.

Sekarang hari valentine ma, semua orang dong ada sama-sama dengan orang-orang yang dong sayang, sa juga ingin sama-sama deng mama, sa mau ada sama-sama mama, sa mau mama tau kalo mama tuh sangat berarti untuk sa dalam sa punya hidup, sa mau ucapkan terima kasih untuk setiap detakan jantung yang sama, yang ketong dua punya waktu sa ada di dalam mama punya perut, sa ingin datang dan peluk mama lagi, tapi sayang sa tra punya kesempatan itu lagi.

Sekarang mama su tidur, mama tidur nyenyak skali, sa tra tahu bagaimana sa bisa kas bangun mama lagi. Kalo memang satu-satunya cara untuk bisa ketemu mama tuh hanya di dalam mimpi, biar sudah......sa mimpi selama-lamanya supaya sa bisa sama-sama deng mama lagi.

Air kali tu masih mengalir ma, tempat tong biasa cuci pakaian kotor. Biasa sa mandi-mandi disana, mama ada cuci pakean. Kadang-kadang ma suruh sa duduk dan sa ingat kalo ma suruh sa duduk, sa pasti akan duduk dan diam, waktu ma main voly juga, ma pasti bilang sa duduk dan sa pasti akan duduk lihat mama kam main voly sampe selesai. Sa tra pernah melawan mama. Sekarang mama tra perlu bilang sa duduk lagi, karena sa berdiri ka! duduk ka! Mama tetap tra bisa bilang apa-apa lagi ke sa.

Sa tra bisa lihat ma lagi dan ma tra bisa lihat sa lagi, tapi sa senang kalo sa lihat danau ma, di pinggir danau itu tempat pertama yang ma lihat waktu mama lahir, di pinggir danau itu juga tempat terakhir mama tutup mama punya mata, waktu sa lihat danau itu sa lihat mama ada di sana.

Sebentar lagi sa akan pergi, sa mau pergi untuk pilih jalan terbaik dalam sa punya hidup, dan akan ada banyak jalan skali dalam sa pu sisa hidup di dunia ini, tapi sa janji ma! Sa akan terus jadi anak baik dan sa akan rindu mama di semua jalan kehidupan yang akan sa lalui.

Ma! Mama tunggu sa eh? Salam untuk sa pu teman-teman yang su duluan sampe di sana.  Bilang dorang, tolong jemput sa nanti waktu sa sampe di depan pintu gerbang emas di kota itu, tolong bilang sama Tuhan Yesus juga sa mau De juga ada dalam ketong punya foto keluarga nanti di sana. Sampai nanti ma, sa sayang mama……


By Mund Galatiano

Sunday 5 February 2012

Berteman Semilir Angin


Berteman Semilir Angin

Di suatu siang yang sunyi, Tuhan memberiku kesempatan untuk menyaksikan keindahan pemandangan dari sebuah bukit dan Ia memberiku teman, yakni hembusan angin barat yang bertiup perlahan. Aku tak dapat melihatnya, tak dapat menyentuhnya, tak dapat berbicara padanya, apalagi memeluknya. Dia tetap berhembus. Aku mencoba bertanya kepadanya apakah engkau dapat mendengarku? Ia hanya diam dan tetap berhembus, aku mencoba memegangnya tetapi tetap saja ia berlalu dari sela-sela jemariku. Kutertunduk tak berdaya.

Lalu aku bertanya kepada Tuhan, apakah tidak ada teman lain yang dapat membuatku lebih bahagia? Tak ada jawaban yang kudengar hanya suara dedaunan dari pepohonan yang berbisik karena tertiup angin. Aku semakin penasaran kenapa Tuhan memberikan kesempatan ini untuk diriku? Aku hanya memerlukan seorang teman yang dapat menerimaku, memahamiku, mendengarkanku dan memelukku tetapi mengapa Tuhan malah memberikan kepadaku semilir angin.

Aku kembali tertunduk tanpa menghiraukan pemandangan yang begitu indah di depanku. Biarkan saja angin itu bertiup, ia tak dapat mendengarku, memahamiku apalagi mempedulikan aku.

Tiba-tiba!!! Ada kicauan burung, aku mengangkat kepalaku dan memandang mereka, namun mereka hanya melompat dari satu ranting ke ranting lainnya. Juga mereka tak peduli padaku. Aku tetap saja sendiri merenung dan kembali tertunduk.

Matahari tetap bersinar dan angin itu tetap berhembus, namun aku tetap sendiri.

Lalu aku mencoba untuk memahami makna dari kesempatan yang Tuhan berikan padaku.

Beribu-ribu matahari terbenam di saat senja, sebanyak itu juga kita hampir tidak pernah bersyukur.

Hijaunya dedaunan pepohonan serta bisikan suaranya yang tertiup angin tak pernah membuat kita mengingat berkat Tuhan yang terus nyata dalam hidup ini.

Dan kesejukan dari semilir angin yang seringkali menerpa kita, kita lupakan bersama semua kesibukan kita.

Bersyukurlah kawan….selagi kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati semua ciptaan-Nya.

Angin yang berhembus adalah kawan yang sejati,

kita tak dapat melihatnya, memegangnya, mendengarnya bahkan memeluknya,

namun kita dapat merasakannya. Ya! Kita dapat merasakannya.

Dia ada disana dan terus berhembus sepanjang hidup ini.

Demikianlah kasih Tuhan!

Tak dapat disentuh, didengar atau dipeluk namun kasih-Nya nyata bila kita rasakan.


By Mund Galatiano Rumsaur



Monday 30 January 2012

A whisper of my heart


Jam pada telepon selularku menunjukkan pukul 11:13pm. Semua sahabatku telah berlayar ke negeri impian mereka. Suhu di dalam kamar kami cukup hangat. Dan mereka terlihat sangat menikmati pelayaran itu. Hanya aku yang tidak dapat tidur. Aku belum dapat menerima kenyataan yang terjadi pada diriku bahwa kekasihku pergi bersama orang lain. Rasa sakit dihatiku masih terus menyiksaku. Meski demikian, jauh di dalam hatiku aku tidak membencinya! Karena aku yakin dan percaya bahwa dia bukan orang yang dipilih oleh TUHAN untuk menemaniku sepanjang umurku nanti. Aku hanya ingin dapat segera melupakannya agar tidak ada lagi beban dihatiku.

Untuk dua hari aku telah berusaha agar cepat melupakannya, namun hal itu sangat sulit aku lakukan. Aku telah mencoba untuk tidur, namun semua kenangan yang kami lalui bersama terlintas di pikiranku dan membuat air mata mengucur dari kedua mataku. Lalu aku teringat sebuah ayat dari Alkitab yang terdapat di dalam Yehezkiel 36:26 (“Kamu akan Kuberikan hati yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan kuberikan kepadamu hati yang taat”). Ayat ini mengingatkanku bahwa secara manusia aku tidak dapat melupakannya karena jauh di dalam hatiku, aku masih mencintai dan menyayanginya. Aku membutuhkan sebuah hati yang baru dan yang taat kepada TUHAN, agar aku dapat melanjutkan hidupku dengan tenang dan damai tanpa dibayangi oleh rasa benci dan dendam.

Kemudian aku memutuskan untuk membuka Alkitab dan membacanya di dalam kegelapan dengan menggunakan cahaya dari telepon selularku. Malam itu saya membuka kitab Roma pasal 6, saya teringat pada suatu pelajaran dari salah seorang guru spiritual kami. Beliau pernah mengajarkan kita bahwa untuk setiap saat dimana kita berhadapan dengan cobaan, kita harus memperhitungkan diri mati terhadap dosa, sehingga iblis tidak dapat mengganggu kita lagi. Lalu saya berkata pada diri saya sendiri, mengapa saya tidak memperhitungkan diri saya mati saja dengan masalah ini? Karena orang mati pasti tidak dapat merasakan kesedihan, sebab kita tahu bahwa kesedihan yang berlarut-larut adalah salah satu senjata yang kadang dipakai oleh iblis untuk menjatuhkan anak-anak TUHAN. Apa jadinya kalau saya sudah mati terhadap kesedihan itu? Dapatkah Iblis mengganggu orang yang sudah mati?

Lalu aku mencoba untuk merenungkan ayat yang mendukung konsep itu yakni yang terdapat di dalam Roma 6:11 (“Demikianlah hendaknya kamu memandangnya; bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus”). Ketika saya merenungkan ayat tersebut, saya mendengarkan satu bisikkan yang lembut dari dalam hati saya, kata-Nya: “Hai anak-Ku, janganlah larut dalam kesedihanmu, bukankah Aku sanggup untuk mengubah hidupmu? Undanglah Aku untuk datang dan tinggal di dalam hatimu dan Aku akan bersinar melalui hidupmu. Engkau akan mendapatkan kedamaian dan kebahagiaan lagi di dalam hatimu. Manusia lama dalam kehidupanmu telah mati dengan semua kehidupannya yang sia-sia. Ketahuilah bahwa Aku mengasihimu dan Aku akan membangkitkanmu dalam kehidupan yang lain, yang baru dan yang abadi”.

Kemudian tanpa kusadari air mataku menetes lagi dari kedua mataku. Aku memutuskan untuk berdoa kepada TUHAN YESUS saat itu juga. Aku berkata: “Ya TUHAN YESUS, ampunilah semua dosaku. Aku telah bersalah kepada-Mu dengan terus menyiksa diriku dalam kesedihan ini. Mampukanlah aku untuk dapat mengampuni dia yang pernah sangat menyakiti hatiku. Biarkanlah manusia lamaku serta kenangan bersama dia mati dan dikuburkan dalam kegelapan di malam ini. Dan aku ingin ada sukacita di dalam hatiku ketika aku terbangun besok pagi, agar aku dapat membagikan cinta-Mu kepada sesamaku lagi. Dalam nama TUHAN YESUS aku memohon.....Amin!”.

Setelah selesai mengucapkan doa itu, tiba-tiba aku merasakan rasa kantuk yang luar biasa dan dengan segera aku membaringkan diri lalu tertidur. Dalam tidurku, aku bermimpi dan dalam mimpiku aku melihat diriku sedang berbaring sembari melihat keluar jendela kamar kami di asrama yang memang hampir tidak pernah kami tutup tirai gordennya untuk menjaga keseimbangan udara di dalam kamar agar tetap sejuk di malam hari. Di luar jendela kamar itu terdapat sebuah jemuran untuk menjemur pakaian apabila hari sedang hujan. Di depan jemuran tersebut terdapat sebuah halaman rumput dengan dua tiang besi yang biasa kami gunakan untuk bermain bola voli setiap hari Selasa dan Kamis. Tiba-tiba aku melihat seorang berpakaian putih datang menghampiriku melalui halaman rumput itu, Ia masuk menembus jendela dan dinding kamar kami dan terus masuk hingga berhenti tepat di depanku. Aku tidak dapat bergerak dari tempat tidurku, hanya tertegun melihat-Nya. Kemudian dengan tangan-Nya yang lembut Dia menyentuhku tepat di kepalaku dan mengusap kepalaku layaknya seorang anak diperlakukan oleh ayahnya. Dan segera setelah itu, dengan perlahan-lahan dia pergi dengan tersenyum lalu menghilang.
Aku terbangun di pagi hari dengan suatu perasaan yang baru di dalam hatiku dan semua teman-temanku heran melihatku. Mereka heran mengapa dengan masalah yang begitu berat yang aku hadapi dapat berlalu hanya dengan waktu yang sangat singkat. Kini aku bisa tersenyum dan dapat membagikan cinta TUHAN YESUS melalui hidupku.

Hanya TUHAN YESUS saja yang sanggup merubah kehidupan seseorang. Sentuhan tangan-Nya yang lembut sanggup membersihkan hati dan kehidupan kita yang begitu kasar. Terima kasih TUHAN YESUS. Aku mencintai-Mu!

By Mund Rumsaur